Ganjar dan Tingginya Kemiskinan di Jawa Tengah
Oleh : Sri Nur Aini, Pendidik Sebuah Sekolah di Sragen Jawa Tengah, Pemerhati Masalah Sosial dan Kependudukan.
Arah Baru – Jawa Tengah selama ini terkenal sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan sangat tinggi di Indonesia.
Bila dilihat di masa kepemimpinan Ganjar Pranowo selama 10 tahun, tingkat kemiskinan di Jawa Tengah memang selalu berada di atas rata-rata nasional.
Sebagai perbandingan, data Maret 2023 menunjukkan kemiskinan di Jawa Tengah ada di angka 10,77%. Angka tersebut di atas rata-rata tingkat kemiskinan nasional yang berada di angka 9,36%.
Bahkan bila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan di Jawa-Bali, gap kemiskinannya lebih jauh lagi. Tingkat kemiskinan di Jawa-Bali adalah 7,8% dan Jawa Tengah termasuk daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi.
Selain tingkat kemiskinan yang tinggi di Jawa Tengah, acuan garis kemiskinan di Jawa Tengah juga terbilang rendah.
Garis kemiskinan per Maret 2013 ditetapkan sebesar Rp 244.161/bulan sementara per September 2018 tercatat Rp 283.217/bulan. Pada periode tersebut garis kemiskinan di Jawa Tengah hanya naik Rp39.056 per bulan. Tidak sampai Rp50 ribu.
Sebagai perbandingan, garis kemiskinan nasional pada Maret 2013 sebesar Rp 271. 626/bulan. Angka tersebut naik Rp 139.044 per bulan dari pada Maret 2013 menjadi Rp 410.670/bulan pada September 2018.
Kenaikannya sekitar 3,5 kali dari angka di Jawa Tengah. Jadi kenaikan acuan garis kemiskinan di Jawa Tengah jauh di bawah angka nasional.
Selain persentase angka kemiskinan yang hanya turun tipis dan angkat acuan garis kemiskinan yang hanya berubah sedikit, ada masalah lain yaitu penurunan jumlah warga miskin di Jawa Tengah.
Jumlah warga miskin di Jawa Tengah hanya turun sebesar 80 ribu orang dari 3,87 juta per September 2018 menjadi 3,79 juta per Maret 2023.
Jumlah penurunan penduduk miskin yang hanya sedikit tersebut masih diikuti dengan indeks keparahan kemiskinaan di Jawa Tengah yang juga terbilang jauh di atas angka nasional.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Indeks keparahan kemiskinan di Jawa Tengah tercatat 0,41% pada Maret 2023. Indeks lebih tinggi dibandingkan nasional yakni 0,38%.
Bila dibandingkan dengan rata-rata di Pulau Jawa, nilainya lebih jauh lagi. Indeks keparahan di Pulau Jawa adalah 0,29%.
Satu lagi acuan kehidupan si miskin di daerah Jawa Tengah yang tertinggal dibanding mereka yang berpunya. Hal tersebut terlihat dari indeks rasio gini di Jawa Tengah yang semakin meningkat tinggi. Rasio gini adalah ketimpangan pengeluaran antara kaya dan miskin.
Di Jawa Tengah, rasio gini meningkat dari 0,366 per September 2022 menjadi 0,369 pada Maret 2023. Rasio naik 0,003 poin dalam periode tersebut.
Hal ini menunjukkan semakin melebarnya ketimpangan antara si kaya dan si miskin. Sebagai catatan, rasio Gini berada di kisaran 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai rasio Gini, maka semakin tinggi ketimpangan.
Berdasar data dan fakta di atas, selama masa kepemimpinan Ganjar Pranowo, baik di periode terakhir maupun periode penuh selama 10 tahun, Jawa Tengah tidak mengalami banyak perubahan di sektor kemiskinan. Jumlah penduduk miskin masih banyak, selalu lebih tinggi dari kemiskinan tingkat nasional.
Selain itu, acuan garis kemiskinan di Jawa Tengah juga tertinggal dibanding acuan nasional. Masalahnya diperparah dengan gap si kaya dan si miskin yang semakin lebar.
Dari data dan fakta di atas, terbukti bahwa Ganjar gagal mengatasi masalah kemiskinan di Jawa Tengah selama menjadi gubernur di daerah tersebut.