Kresna Gugah dan Sosok Pemimpin Terbaik

Oleh : Glesos Yoga Mandira, Ketua KPSBN (Komunitas Pelestari Budaya Nusantara)
Arah Baru – Tanggal 1 Agustus 2023 lalu – bertepatan dengan malam Purnama Sidi 14 Suro – diselenggarakan pertunjukan wayang kulit di Ponpes Condro Mowo, Desa Giri Mulyo, Joglo Rogo, Ngawi, Jawa Timur. Pertunjukan wayang dengan lakon “Kresna Gugah” tersebut merupakan peringantan weton Anies Baswedan yang jatuh setiap Rabu Kliwon.
Berbicara mengenai lakon dalam wayang kulit, “Kresna Gugah” adalah salah satu lakon paling populer dalam tradisi seni wayang kulit di Indonesia. Lakon ini sering dibawakan oleh dalang-dalang kondang seperti Ki Anom Suroto, Ki Manteb Sudarsono (alm.), hingga Ki Nartosabdo (alm.).
Lakon ini banyak dipentaskan, karena memang banyak yang meminta lakon ini dibawakan oleh dalang. Mengapa lakon ini populer? Sebab, lakon Kresna Gugah merupakan tontonan yang menarik, sekaligus tuntunan yang bagus terkait pilihan kebaikan dan keburukan dalam hidup.
Lakon ini menceritakan bagaimana awal mulanya perang Baratayuda yang melibatkan Pandawa dan Kurawa. Kresna Gugah menceritakan tentang takdir perang Baratayuda dan siapa yang bakal menjadi pemenangnya. Dalam lakon ini, diceritakan tentang pilihan-pilihan pemimpin yang akan menentukan masa depan sebuah negeri.
Waktu itu ada satu perwakilan dari masing-masing pihak Kurawa dan Pandawa yang bertugas membangunkan Kresna yang sedang tertidur dan meminta petunjuk. Kresna sendiri sebenarnya tidak tertidur di Pertapaan Jalatunda. Dia hanya semedi dan ruhnya terbang ke kayangan. Dari pihak Kurawa yang berangkat adalah Doryudana, anak pertama dari 100 Kurawa bersaudara. Sementara dari Pandawa yang berangkat adalah Arjuna yang memiliki kedekatan dengan Kresna.
Ada satu pilihan yang diajukan oleh Kresna kepada dua perwakilan yang menghadap. Kesempatan diberikan pertama kali kepada Doryudana yang datang terlebih dulu dibanding Arjuna. Pilihan tersebut adalah apakah Doryudana lebih memilih 1.000 raja beserta pasukan atau satu raja saja.
Dalam kesempatan tersebut, Doryudana lebih memilih 1.000 raja, karena terlihat besar. Doryudana berpikir dengan bantuan 1.000 raja, Kurawa akan mendapatkan bantuan kekuatan yang besar untuk menghadapi peperangan Baratayuda yang kemungkinan bakal segera terjadi. Jumlah tersebut tentu sangat menguntungkan untuk menghadapi perang besar.
Sementara bila dia memilih satu raja, Kurawa hanya akan mendapatkan sedikit tambahan kekuatan untuk menghadapi Baratayuda. Dalam hal ini, Doryudana hanya berpikir tentang kuantitas, tidak berpikir tentang kualitas. Hal ini yang nantinya menjadi awal kekalahan Kurawa dari Pandawa dalam perang Baratayuda.
Dalam pilihan yang diberikan Kresna kepada Doryudana, pilihan satu raja sebenarnya adalah Kresna sendiri. Meskipun jumlahnya hanya satu, Kresna adalah sosok istimewa. Dia adalah titisan Dewa Wismu sekaligus ahli strategi perang. Meskipun jumlahnya hanya satu, tapi secara kualitas lebih baik dari 1.000 raja yang ditawarkan. Hal tesebut tidak menjadi pertimbangan Doryudana yang lebih melihat kuantitas daripada kualitas.
Pilihan Doryudana tersebut yang disayangkan Resi Dorna sebagai penasihat Kurawa. Doryudana sempat kembali kepada Kresna untuk menukar pilihan, tapi permintaan tersebut ditolak. Sebab, di awal Kresna sudah menyatakan bahwa pilihan tersebut hanya berlaku sekali dan tidak bisa diganti. Karena itu, Kresna meminta Doryudana berpikir dengan matang sebelum memutuskan.
Singkat cerita, pilihan Doryudana untuk mendapat bala bantuan yang terlihat banyak tersebut tidak bisa menolong takdir kekalahan. Kresna yang berada di pihak Pandawa, menjadi ahli strategi sekaligus kunci kemenangan Pandawa dalam perang tersebut.
Dari cerita di atas, seorang pemimpin harus berpikir panjang sebelum membuat keputusan. Sebab, keputusannya akan berpengaruh besar terhadap masa depan bangsa dan rakyatnya. Selain itu, kita harus berpikir tentang kualitas, bukan sekadar kuantitas.
Wayang yang memiliki nilai tuntunan, bisa juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai tuntunan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dalam konteks Indonesia yang sedang bersiap menghadapi pemilihan umum, kita juga harus bisa mengambil nilai dalam lakon tersebut.
Pilihlah pemimpin yang memiliki kualitas dan bisa berpikir jernih sebelum mengambil keputusan. Pilihlah pemimpin yang berhati bersih dan peduli kepada rakyat. Hal tersebut terlihat pada sosok Anies Baswedan yang selalu punya gagasan besar dalam menciptakan keadilan di negeri ini yang sudah dibuktikan saat memimpin Jakarta. (Art/Ab)