Menggeser Teologi Maskulin, Menag Gaungkan Pendidikan Berbasis Cinta dan Alam

Arah Baru – Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, mengajak Direktorat Jenderal Pendidikan Islam untuk merancang berbagai inisiatif yang menumbuhkan nilai-nilai kasih antarsesama, sebagai fondasi bagi pendekatan ekoteologi.
Seruan ini disampaikannya dalam Rapat Koordinasi Program Prioritas yang digelar di Jakarta pada Jumat, 9 Mei 2025.
“Cinta ini dapat menjadi motor bagi meningkatnya kualitas kemanusiaan masyarakat. Kita ingin menampilkan ontology yang berbeda dari teologi maskulin yang selama ini kita kembangkan, sebuah teologi yang secara konfensional dianut oleh kita semua,” ujar Menag seperti dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (11/5/2025).
Imam Besar Masjid Istiqlal menambahkan bahwa selama ini, pendekatan teologi yang ada belum mampu menjangkau inti terdalam dari nilai-nilai kemanusiaan.
Akibatnya, pemahaman dan pengalaman kita tentang kemanusiaan masih bersifat permukaan dan kurang mendalam.
“Yang kita inginkan adalah memanusiakan manusia, bahkan disamping ini memanusiakan alam semesta, memanusiakan binatang, memanusiakan alam,” terangnya.
Ia mengakui bahwa ungkapan seperti “memanusiakan alam semesta” mungkin terdengar janggal bagi kebanyakan orang. Namun, jika kita menelaah berbagai kitab suci, akan terlihat jelas bahwa ajaran cinta tidak hanya ditujukan kepada sesama manusia, melainkan juga mencakup seluruh alam semesta.
“Memang kalimat-kalimat aneh, bagaimana secara ontology selama ini kita memaknai alam itu sebagai benda mati saja, sebagian ada benda hidup, ada yang biologis dan ada yang non biologis.” ujar Menag.
Perhatian Khusus
Dalam nada yang sejalan, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Suyitno, menyatakan bahwa dari sekian banyak program yang dijalankan oleh Direktorat Pendidikan Islam, perhatian besar diarahkan pada inisiatif yang bertujuan mewujudkan konsep ekoteologi serta kurikulum berbasis kasih, yang tercermin dalam program Green Madrasah dan Green Kampus.
“Riset-rieset ke depan akan diarahkan kepada riset-riset yang berdampak, mencarikan solusi agar semua kepentingan layanan Kementerian Agama dilakukan penguatan riset dari kampus-kampus maupun LP2M yang ada,” ujar Suyitno.
“Khusus terkait dengan lingkungan, menerjemahkan ekoteologi akan kita perkuat dengan Green Madrasah dan Green Kampus dan tidak kalah pentingnya juga mengembangkan madrasah berbasis adiwiyata,” sambung dia.
Dalam sesi pemaparan, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron, menguraikan sejumlah inisiatif yang sedang dikembangkan oleh Direktoratnya.
Program-program tersebut mencakup upaya menuju internasionalisasi, peningkatan mutu akreditasi, peningkatan daya saing lulusan, digitalisasi layanan, penguatan riset dan pendidikan vokasi, standarisasi sarana prasarana, pengembangan Green Campus, serta penguatan perguruan tinggi keagamaan Islam swasta (PTKIS).
“Yang ke-tujuh standarisasi sarpras dan green campus, yang ini nanti ada hubungannya dengan ekoteologi, dan termasuk didalamnya ada SBSN dan kemudian program PHLN yang itu nantinya diarahkan kepada perhatian terhadap lingkungan,” tuturnya.
Sebagai tambahan informasi, kegiatan ini turut menghadirkan cendekiawan Muslim terkemuka, Haidar Bagir, sebagai bagian dari kolaborasi untuk membangun sistem pendidikan yang unggul, inklusif, dan terpadu.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat penting, antara lain Staf Khusus dan Staf Ahli Menteri Agama, Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Kamaruddin Amin, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Arskal Salim GP, Direktur Pendidikan Pesantren Basnang Said, Direktur KSKK Madrasah Nyayu Khodijah, Direktur Pendidikan Islam Munir, serta Direktur GTK Madrasah Thobib Al Asyhar.
Selain itu, para rektor dari seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia turut mengikuti acara ini secara daring.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now