Media Arahbaru
Beranda Berita Rektor UICI Tekankan Pendidikan Berbasis Pedesaan untuk Atasi Kesenjangan Desa dengan Kota

Rektor UICI Tekankan Pendidikan Berbasis Pedesaan untuk Atasi Kesenjangan Desa dengan Kota

Foto: UICI

Rektor Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) Prof. Laode Masihu Kamaluddin mengungkapkan pentingnya pendidikan untuk daerah terpencil. Pendidikan ini penting untuk memutus kesenjangan antara wilayah perkotaan dengan pedesaan.

Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam Halalbihalal dan Rapat Pleno Pengurus Pusat Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) di The Krakatau Grand Ballroom, Jakarta, Sabtu (11/05/2024).

Hadir dalam kegiatan ini diantaranya adalah anggota Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo -Gibran Hashim Djojohadikusumo, Ketua Umum Aptisi M. Budi Jatmiko, dan Pembina Aptisi Marzuki Alie.

“Problem utama kita dari hasil riset bahwa sistem pendidikan kita ini menganut urban bias education. Artinya orang-orang pintar di desa yang mempunyai kemampuan mencari perguruan tinggi terdekat di kabupaten/ kota dan khususnya di Pulau Jawa setelah lulus tidak kembali. Kenapa? Karena ekosistem keilmuannya tidak cocok dengan kehidupan di desa,” kata Prof. Laode.

Oleh karena itu, kata Prof. Laode, ke depan pemerintah perlu merubah pola pendidikan ini dengan lebih memperhatikan desa. Untuk itu, Prof. Laode memperkenalkan rural bias education.

Rural bias education atau pendidikan berbasis pedesaan ini dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri pedesaan.

Pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi pedesaan dengan meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kesiapan kerja serta menciptakan enterpreneur terdidik di desa.

“Rural bias education ini membangun industri di pedesaan berbasis sumber daya alam. Kalau daerahnya laut, maka perikanannya dominan atau pariwisata bahari. Kalau daerahnya pertanian, agroindustri yang dibangun,” tutur Prof. Laode.

Lebih lanjut, Prof. Laode menjelaskan salah satu masalah utama dalam pendidikan tinggi di Indonesia adalah partisipasi masyarakat yang rendah yaitu baru pada angka 39,7 persen.

Kondisi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, antara lain soal kesadaran akan pentingnya pendidikan, kemampuan finansial, dan aksesibilitas terhadap perguruan tinggi terbatas.

“Menjawab masalah ini, UICI hadir di tengah-tengah masyarakat dengan konsep digital sehingga mudah dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Masyarakat bisa mengakses perkuliahan di mana saja dan kapan saja. Harapannya, dengan model ini, semuanya bisa kuliah,” jelas Prof. Laode.

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

error: Content Dilindungi Undang Undang Dilarang Untuk Copy!!