Mendag Berarap Francis Dukung Percepat Perundingan Indonesia-Uni Eropa

Arah Baru – Menteri Perdagangan, Budi Santoso, hari ini mengadakan pertemuan dengan Laurent Saint-Martin, Menteri yang membidangi Perdagangan Internasional dan Diaspora Prancis. Dalam pertemuan tersebut, keduanya membahas langkah-langkah strategis guna mendorong percepatan finalisasi negosiasi perjanjian kemitraan ekonomi menyeluruh antara Indonesia dan Uni Eropa (IEU CEPA).
Menteri Perdagangan Busan menyampaikan harapannya agar Prancis dapat berperan aktif dalam memperlancar dan mempercepat tercapainya kesepakatan dalam negosiasi IEU CEPA.
“Saat ini, ketua perunding dan masing-masing kelompok kerja sedang mengintensifkan pertemuan untuk menyelesaikan isu-isu runding yang tersisa. Kami juga berharap, Indonesia dan Uni Eropa dapat mencapai solusi yang seimbang dan realistis atas isu-isu tersebut,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (10/4/2025).
Lebih lanjut, Mendag juga berharap Uni Eropa membuka akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia. “Indonesia juga mengharapkan akses pasar bagi produk-produk utama Indonesia seperti minyak sawit, alas kaki, tekstil, dan produk perikanan,” sebutnya.
Ia menekankan bahwa penyelesaian berbagai permasalahan yang masih tertunda perlu disertai dengan komitmen nyata dari Uni Eropa untuk menanggapi kebijakan-kebijakan mereka yang dapat menghalangi akses produk ekspor Indonesia ke pasar Eropa.
Peningkatan Kerja Sama
Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak juga menyinggung berbagai topik lain yang berkaitan dengan penguatan hubungan dagang dan investasi, khususnya di bidang-bidang penting seperti energi, transportasi, industri pertanian, serta sektor tambang.
Indonesia dan Prancis mencapai kesepahaman untuk mendorong kemitraan bisnis melalui berbagai inisiatif kolaboratif yang berpotensi membuka lapangan usaha baru bagi pelaku industri di kedua negara. Selain itu, Indonesia menyambut baik keputusan Uni Eropa yang menunda penerapan regulasi terkait deforestasi (EUDR), sebagai langkah yang memberi ruang untuk dialog lebih lanjut.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Perdagangan menyampaikan apresiasi atas keputusan Uni Eropa menangguhkan pelaksanaan kebijakan EUDR. Namun demikian, Indonesia tetap mendesak agar Uni Eropa mengevaluasi kembali berbagai regulasi yang berpotensi menghambat arus perdagangan, bersifat diskriminatif, dan tidak selaras dengan ketentuan serta asas-asas yang dijunjung oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Oleh karena itu, kedua pihak perlu bekerja sama lebih erat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif, secara segera, demi menjaga kesejahteraan ekonomi kita. Jalur terbaik untuk mencapai hal tersebut adalah melalui penyelesaian perundingan CEPA,” tuturnya
Kinerja Perdagangan Indonesia-Perancis
Sepanjang tahun 2024, Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan dengan Prancis sebesar USD 532,40 juta. Meskipun masih negatif, angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 14,80 persen dibandingkan defisit tahun sebelumnya yang mencapai USD 738,60 juta.
Pada Januari 2025, Indonesia mencatat defisit perdagangan dengan Prancis sebesar USD 15,9 juta. Angka ini menunjukkan penurunan tajam sebesar 66,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana defisit tercatat sebesar USD 47,7 juta.
Sepanjang tahun 2024, Indonesia mengekspor sejumlah komoditas utama ke Prancis, termasuk perangkat transformator dan konverter listrik. Selain itu, produk-produk seperti peralatan kelistrikan, mobil dan komponennya, cokelat, mentega, berbagai jenis lemak dan minyak, serta suku cadang kendaraan turut menjadi bagian penting dari ekspor Indonesia ke negara tersebut.
Pada tahun 2024, Indonesia berhasil membukukan surplus perdagangan dengan Uni Eropa senilai USD 4,49 miliar. Jumlah tersebut mencerminkan lonjakan signifikan sebesar 77,18 persen dibandingkan dengan surplus tahun 2023 yang tercatat sebesar USD 2,53 miliar.
Pada Januari 2025, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Uni Eropa sebesar USD 452,17 juta, mengalami kenaikan sebesar 7,39 persen dibandingkan dengan surplus pada Januari 2024 yang sebesar USD 421,05 juta.
Pada tahun 2024, komoditas utama ekspor Indonesia ke Uni Eropa meliputi lemak dan minyak yang berasal dari hewan, tumbuhan, atau mikroba. Selain itu, ekspor juga mencakup sepatu, peralatan dan mesin elektronik, bijih logam beserta terak dan abu, serta produk besi dan baja.
Impor utama Indonesia dari Uni Eropa mencakup berbagai barang seperti reaktor nuklir, ketel, serta mesin dan peralatan mekanik. Selain itu, Indonesia juga mengimpor peralatan dan mesin listrik, kendaraan non-rel, instrumen optik, serta produk farmasi.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now