Media Arahbaru
Beranda Sosial Budaya Mengunjungi Museum Sasmitaloka: Memahami Perjuangan AH Nasution dan Keluarga

Mengunjungi Museum Sasmitaloka: Memahami Perjuangan AH Nasution dan Keluarga

Arah Baru – Jika saya tidak mengikuti acara Jakarta Walking Tour akhir pekan lalu, saya tidak akan pernah tahu bahwa di Jalan Teuku Umar No. 40 terdapat sebuah museum, yaitu Museum Sasmitaloka AH Nasution, yang terletak di bekas rumah sang jenderal.

Museum yang dibuka pada 3 Desember 2008 ini tetap mempertahankan desain bangunan aslinya sebagai rumah pribadi.

Sebelum menjadi rumah AH Nasution, bangunan ini awalnya digunakan sebagai tempat tinggal pegawai Gubernur Jenderal Belanda.

Meskipun dibangun pada tahun 1923, rumah ini tetap kokoh hingga sekarang meskipun usianya sudah lebih dari seratus tahun.

Dengan nama resmi Museum Sasmitaloka yang berarti tempat untuk mengenang, museum ini dibangun untuk melestarikan dan menjaga sejarah yang mungkin terabaikan.

Menurut cerita Danny Yatim, seorang penulis dan dosen yang juga penggemar sejarah dan menjadi pemandu tur, pada pagi hari 1 Oktober 1965, suasana sekitar lokasi sangat tegang, dengan terdengarnya suara tembakan layaknya saat perang.

Pada waktu itu, Danny Yatim tinggal tidak jauh dari lokasi museum. Pada hari bersejarah tersebut, saat mengetahui bahwa dirinya menjadi sasaran utama untuk diculik dan dibunuh, Jenderal A.H. Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan melompat melewati tembok pagar rumahnya dan berlindung di kediaman duta besar Irak.

Sedihnya, sang ajudan tampan yang tengah menanti hari pernikahannya, Pierre Tendean, justru kehilangan nyawa dalam peristiwa itu.

Demikian pula Ade Irma Suryani, putri A H Nasution yang baru berusia 5 tahun, terluka tembak dan meninggal di rumah sakit beberapa hari kemudian.

Diorama Ade Irma Suryani dalam keadaan bersimbah darah dalam gendongan Mardiah, adik dari A H Nasution, bisa disaksikan di museum ini.

Demikian pula diorama penangkapan Pierre Tendean di paviliun, tempat sang ajudan menginap pada malam sebelum kejadian.

Melihat diorama itu, saya bisa membayangkan suasana pada saat kejadian. Adegan penyergapan Pasukan Tjakrabirawa dengan senjata laras panjang yang mengendap-endap di depan pintu kamar AH Nasution memang terlihat nyata.

Selain diorama yang menggambarkan penyerangan Pasukan Tjakrabirawa, ada pula patung saat Jenderal AH Nasution menyelamatkan diri melompati tembok, hingga peristiwa tertembaknya Ade Irma Suryani dan ditangkapnya Pierre Tendean.

Koleksi museum ini berupa barang-barang pribadi AH Nasution seperti pakaian dinas, senjata, buku, hingga perabotan rumah. Termasuk kamar Jenderal AH Nasution dengan pintu yang berlubang tertembus peluru.

Selain foto-foto keluarga yang dipajang di dinding, museum ini juga memiliki satu ruangan khusus yang menampilkan foto, lukisan, dan barang-barang pribadi, termasuk boneka kesayangan milik Ade Irma Suryani.

Museum ini dibuka setiap hari Selasa-Minggu. Tidak dikenakan biaya untuk memasuki museum.

Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya

Join now
Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

error: Content Dilindungi Undang Undang Dilarang Untuk Copy!!