Titi Anggraini: Opsi Kotak Kosong sebagai Ekspresi Ketidakpuasan Pemilih
Arah Baru – Pengajar Hukum Pemilu Universitas Indonesia Titi Anggraini memberikan pandangannya mengenai opsi None of The Above (NOTA) atau kotak kosong (blank vote).
Seperti diketuai opsi tersebut saat ini tengah menjadi perhatian setelah diajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi oleh Heriyanto dan rekan-rekannya.
Dalam unggahan di X pada Kamis (12/09/2024), Titi mengatakan NOTA adalah pilihan di surat suara yang memungkinkan pemilih untuk tidak mendukung kandidat mana pun yang sedang mencalonkan diri.
Menurut Titi, NOTA berbeda dengan surat suara yang dirusak (spoilt vote). Ia menjelaskan NOTA adalah opsi khusus dalam surat suara, sedangkan suara yang dirusak biasanya memerlukan pencoretan/atau pemberian tanda khusus di surat suara.
Dalam praktik pemilu global, pemilih cenderung memilih NOTA untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka atas opsi yang tersedia.
“NOTA adalah opsi formal dalam surat suara, sementara suara rusak biasanya dihasilkan dari kesalahan pengisian atau pemberian tanda tidak sah. Di sejumlah negara, pemilih yang tidak puas dengan kandidat yang tersedia sering memilih NOTA sebagai cara sah untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka,” jelas Titi.
Ia menambahkan, jika NOTA mendapat suara mayoritas, pejabat publik harus memperhatikan pesan yang disampaikan oleh pemilih.
Bahkan, di beberapa sistem pemilu, kemenangan NOTA dapat memaksa diadakannya pemilu ulang atau pencalonan kembali.
Contohnya di pemilihan serikat mahasiswa di Inggris, ada opsi ‘Re-open Nominations’. Jika NOTA menang, pencalonan dibuka kembali.
Di Amerika Serikat, opsi ini tidak tersedia di tingkat federal, tetapi hadir di negara bagian Nevada dengan nama ‘None of These Candidates’.
“Di Nevada, opsi ini telah menang dalam banyak kesempatan, tetapi tidak memengaruhi hasil. Kandidat dengan jumlah suara tertinggi kedua akan tetap ditetapkan sebagai pemenang,” tutup Titi. (*)