Asma Bukan Sekadar Sesak Napas, Ini Penjelasan Dokter UNAIR

Arah Baru – Banyak masyarakat masih salah kaprah dalam memahami penyakit asma. Kerap disederhanakan sebagai sekadar “sesak napas”, padahal asma merupakan kondisi yang jauh lebih kompleks.
Hal ini diungkapkan dalam program edukasi kesehatan Dokter UNAIR TV yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR), Jumat (09/05/2025).
Mengangkat tema “Mitos atau Fakta Seputar Asma”, acara ini menghadirkan dr. Arief Bakhtiar, SpP(K), seorang dokter spesialis paru konsultan, yang menjelaskan secara rinci seluk-beluk penyakit asma.
“Asma memiliki banyak variasi dan merupakan peradangan pada saluran napas. Gejalanya bisa berupa batuk, sesak, hingga rasa tertekan di dada. Biasanya muncul di malam atau pagi hari,” jelas dr. Arief.
Bukan Sekadar Penyakit Bawaan
Menurut dr. Arief, asma bisa saja muncul sejak masa kanak-kanak, tetapi tidak menutup kemungkinan baru muncul saat seseorang dewasa. Beberapa kasus bahkan dipicu oleh kondisi lingkungan kerja.
“Pekerja yang sering terpapar debu kapas atau zat iritan industri bisa saja tiba-tiba mengidap asma. Ini bukan penyakit menular meskipun disertai batuk, jadi jangan khawatir tertular,” ujarnya menepis kekhawatiran umum.
Selain faktor pekerjaan, cuaca dan kondisi lingkungan juga berperan besar. Perubahan suhu, polusi udara, atau debu di rumah seperti dari kipas angin dan AC bisa menjadi pemicu kambuhnya gejala asma.
“Banyak pasien mengeluh asmanya kambuh saat cuaca dingin atau karena debu. Artinya, pengaruh lingkungan memang signifikan,” tambahnya.
Meluruskan Mitos soal Inhaler
Salah satu mitos yang masih dipercaya masyarakat adalah anggapan bahwa inhaler dapat menyebabkan ketergantungan. Menanggapi hal ini, dr. Arief memberikan klarifikasi.
“Obat hisap atau inhaler itu justru lebih aman karena langsung tepat sasaran. Yang disebut ketergantungan itu salah kaprah. Pasien asma memang membutuhkan pengobatan jangka panjang, tapi bukan berarti obat itu membuat mereka kecanduan,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa penggunaan inhaler harus disesuaikan dengan kondisi pasien. Jika gejala sudah terkontrol, dosis bisa dikurangi bahkan dihentikan.
“Asma bisa dikendalikan. Penggunaan inhaler yang sesuai anjuran dokter tidak akan membahayakan. Justru itu adalah bentuk pengobatan yang ideal,” jelasnya. (*)
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now