Bertemu Duta Besar Brasil, Menteri LH: Bicara Isu Lingkungan Global

Arah Baru – Hanif Faisol Nurofiq, yang menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup, menyampaikan hasil diskusi dua arah yang berlangsung pada Selasa, 15 April 2025, bersama George Monteiro Prata, Duta Besar Brasil untuk Indonesia, di kantor kementeriannya.
Dalam pertemuan itu, Hanif mengungkapkan bahwa kedua pihak membicarakan sejumlah topik penting terkait lingkungan hidup, seperti krisis iklim, polusi udara, penanganan limbah, hingga upaya menjaga keberagaman hayati.
“Kita berkumpul pada saat yang penting ketika Triple Planetary Crisis memerlukan tindakan kolektif seluruh pihak,” ujar Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) ini, Jumat (18/4/2025).
Hanif mengungkapkan rasa hormatnya atas kerja sama antara Indonesia dan Brasil, yang menurutnya menunjukkan tekad bersama kedua negara dalam merespons berbagai persoalan lingkungan di tingkat dunia.
Mengenai topik perubahan iklim, Hanif menjelaskan upaya konkret yang telah dilakukan Indonesia dalam menerapkan mekanisme perdagangan karbon sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021.
Di antaranya adalah penerbitan Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPEI) serta pengembangan sistem registri nasional yang akuntabel dan terbuka.
Lebih lanjut, Hanif menyebutkan bahwa Indonesia turut menggandeng sejumlah mekanisme kredit karbon global sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem pasar karbon di dalam negeri.
Ia menuturkan bahwa Indonesia menetapkan sasaran untuk mencapai tingkat emisi gas rumah kaca tertinggi pada tahun 2030, dengan visi menuju kondisi Net Zero Emission paling lambat tahun 2060, atau bahkan bisa lebih awal.
“Pentingnya kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, termasuk kementerian, pemerintah daerah, swasta, hingga masyarakat lokal dalam mendukung target FOLU Net Sink 2030,” kata dia.
Pengelolaan Sampah
Ia menyatakan bahwa pengelolaan sampah merupakan salah satu fokus penting. Indonesia menetapkan target zero waste dan zero emission pada tahun 2030, melalui kebijakan seperti pelarangan pembakaran sampah secara terbuka, penghentian pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) baru, serta mendorong pemanfaatan teknologi pengubah sampah menjadi energi dan peningkatan sistem daur ulang.
“Reformasi pengelolaan sampah terpadu menjadi salah satu pilar transformasi menuju Indonesia Emas 2045,” ucapnya.
IBSAP
Di sektor pelestarian keanekaragaman hayati, Hanif menekankan pentingnya perumusan Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia (IBSAP), termasuk identifikasi wilayah-wilayah perlindungan yang berada di luar kawasan konservasi resmi.
Ia juga mengapresiasi bantuan teknis dari negara mitra seperti Norwegia, yang dinilai berperan penting dalam meningkatkan kemampuan penelitian dan tata kelola di bidang ini.
“Indonesia terus berkomitmen memainkan peran aktif dalam diplomasi iklim global dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan yang adil dan efektif,” tutupnya.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now