Buka Sidang Raya GMMI VII, Amsal Yowei : Walaupun Perbedaan Pendapat Utamakan Kemanusiaan
Arahbaru.com – Direktur Urusan Agama (Dirurag) Kristen, Direktorat Jenderal Bimas Kristen, Kementerian Agama, Amsal Yowei hari ini membuka Sidang Raya VII Sinode Gereja Masehi Musafir Indonesia (GMMI) Tahun 2023, di Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Amsal Yowei hadir mewakili Dirjen Bimas Kristen. Amsal berharap Moderasi Beragama sebagai sebuah cara pandang yang diusung Kementerian Agama, menginspirasi cara GMMI dalam hidup menggereja, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Menurutnya, gereja kini mendapat tantangan dan gumul persoalan bangsa, sehingga harus lebih adaptif di tengah, serta tidak mudah terprovokasi terhadap pelbagai konflik.
Gereja harus meyakini dirinya sebagai karya Allah yang hadir dan diutus ke tengah-tengah dunia. “Dalam Sidang Raya Sinode GMMI ini kami harapkan walau ada perbedaan pendapat dan pilihan janganlah sikap kemanusian pribadi yang diutamakan namun sikap teladan Kristus menjadi utama sehingga tidak terjadi perpecahan karena perbedaan tersebut,” tegasnya, Senin (08/5/2023).
“Selayaknya pesan Menteri Agama yang berkali-kali disampaikan; yang berbeda, jangan disama-samakan; yang sama jangan dibeda-bedakan,” sambungnya.
Amsal Yowei mengatakan, perbedaan-perbedaan yang lahir dalam memaknai dan memahami apapun, sangat lumrah terjadi.
Perbedaan tersebut muncul karena multi-dimensionalitas kondisi dasariah manusia. Keberagaman itu tak perlu disikapi dengan kecemasan atau dianggap sebagai ketidaktegasan atau bahkan penyimpangan, namun justru dapat dirayakan atau dimaknai sebagai kekayaan.
Karena itu, lanjutnya, Ditjen Bimas Kristen akan selalu berupaya untuk menjadi jembatan bagi semua gereja, bagi seluruh lembaga agama dan keagamaan Kristen dalam memaksimalkan pelayanan yang memartabatkan umat.
Berbagai program yang ada di Ditjen Bimas Kristen tentunya akan mendukung program-program prioritas Menteri Agama, antara lain: Penguatan Moderasi Beragama, Transformasi Digital, dan Tahun Toleransi Beragama.
“Seluruh program tersebut membutuhkan bantuan dan dukungan seluruh stakeholders, termasuk Gereja yang melahirkan SDM beriman dan berpendidikan. Ditjen Bimas Kristen membuka diri untuk saling bersinergi untuk menyukseskan program tersebut.
Kami berharap, Gereja Masehi Musafir Indonesia (GMMI) bisa turut berpartisipasi bersama-sama Ditjen Bimas Kristen,” ujarnya.
Ketua Sinode GMMI, Pdt. Gatsper Anderius Hawu Lado, M.Th dalam sambutannya mengatakan, sesuai dengan tema Sidang Raya VII Tahun 2023, “Presensia GMMI di Tengah Kebhinekaan, Bergerak dan Bertransformasi membangun Pelayanan Yang Holistik”, GMMI selalu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dan memberikan ruang bagi masyarakat yang berbeda latar belakangnya untuk tetap merasa nyaman dan aman.
“Presensia GMMI di tengah-tengah kebhinekaan dan kemajukan Indonesia senantiasa mendorong toleransi dan kerukunan antarumat beragama, serta senantiasa menjadi tempat pertemuan dan dialog antarumat beragama.
GMMI berkomitmen memberi diri turut serta dalam pembangunan bangsa bagi kesejahteraan negeri ini melalui pelayanan gereja yang holistik menyeluruh dan terintegrasi, tidak hanya pada aspek rohani, tetapi juga pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya, agar bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar,” paparnya.
Hadir dalam kesempatan ini, Asisten I Setda NTT, Erni Usboko, mewakili Gubernur NTT, Kabid Kristen Kanwil Kemeneag NTT, Yakobus Oktavianus mewakili Kakanwil Agama NTT, dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Kupang, JB Kleden dan Kasi Urusan Agama Kristen Kantor Kementerian Agama Kota Kupang, Shaula Astried Emmylouw.(*)