Mengenal Lebih Dekat Aurora Australis
Aurora Australis atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Cahaya dari Selatan” merupakan cahaya alami yang nampak pada atmotsfer di wilayah antartika dan laut selatan. Aurora Australis terbentuk akibat adanya tumbukan antara gelombang panas matahari dengan medan magnet bumi.
Arahbaru.com | Aurora sendiri dihasilkan ketika elektron yang terdapat pada gelombang panas matahari bertumbukan dengan molekul gas di bagian atmotsfer bumi. Ketika tumbukan itu terjadi maka elektron tersebut akan turun ke bagian bawah atmotsfer dan mengikuti jalur dari medan magnet bumi. Selama proses tersebut, elektron akan bertabrakan juga dengan molekul oksigen dan nitrogen dimana hal tersebut membuat elektron lepas dari molekulnya dan berpindah ke level energi yang lebih tinggi.
Ketika elektron tersebut kembali lagi ke level semula, elektron akan memancarkan sedikit energi dalam bentuk cahaya. Pancaran cahaya ini diketahui sebagai pijaran cahaya aurora.
Gambar yang dihasilkan dari satelit tersebut merupakan penggambaran paling fenomenal dan edukatif dari Aurora Australis. Dihasilkan dengan metode superimpose dimana terdapat lapisan-lapisan gambar yang digabungkan menjadi satu sehingga membentuk citra satelit yang memiliki resolusi tajam.
Gambar tersebut juga menunjukan lokasi dari Aurora Australis sebagai plasma/dimensi dari gelombang panas matahari yang berinteraksi dengan medan magnet bumi pada 11 September 2005 dan diterbitkan NASA pada tanggal 25 Januari 2006 sebagai ajang “Image of the Day”.
Kenampakan Aurora Australis dari Bumi terlihat seperti tirai jendela dengan kilauan memanjang diantara langit malam. Jika kamu mengamati aurora tepat dari bawah maka seolah-olah akan terlihat cahaya yang turun menyerupai tirai yang bergerak secara pelan sejalan dengan perubahan gelombang panas matahari.
NASA meluncurkan IMAGE (Imager for Magnetopause-to-Aurora Global Expansion) yaitu satelit yang bertugas menangkap gambar Aurora Australis yang memiliki posisi sangat rendah di bagian atmotsfer. Gambar tersebut diambil pada tanggal 25 Maret 2000 dengan jangka waktu misi pengambilan gambar direncanakan selama dua tahun. Menariknya, satelit tersebut mampu mengumpulkan data selama lima tahun lamanya.
Instrumen yang berada pada satelit tersebut memperoleh gambar yang komprehensif mengenai plasma yang ada pada wilayah medan magnet bumi (magnetosphere). Gambar plasma tersebut pada umumnya berbentuk panjang gelombang yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia. Citra tersebut menghasilkan pengetahuan baru mengenai interaksi antara gelombang panas matahari dengan magnetosphere dan bagaimana respon dari magnetosphere selama tumbukan tersebut. Semua data ini dikirim kembali ke kantor pusat NASA.
Pada tanggal 18 Desember 2005, satelit yang mengambil gambar tersebut dilaporkan hilang kontak dengan NASA. NASA telah berupaya untuk melakukan komunikasi dengan cara mengirim sinyal untuk melakukan reset perangkat lunak dari satelit tersebut. Beberapa minggu kemudian NASA secara resmi mengeluarkan pernyataan bahwa satelit tersebut benar-benar menghilang. Pada Maret 2015, NASA meluncurkan MMS (Magnetospheric Multiscale Mission) dalam bentuk satelit untuk melanjutkan tugas dari IMAGE.
Setelah 12 tahun berlalu sejak NASA hilang kontak dengan IMAGE, Scott Tilley, seorang pelacak satelit amatir menemukan sinyal dari sebuah satelit dan memberi tahu NASA mengenai penemuannya ini. Tilley bersama dengan kawan-kawan pelacak satelit lainnya telah menangkap sinyal dari IMAGE pada Oktober 2016 dan Mei 2017. Mengetahui hal tersebut NASA mulai untuk mencoba berkomunikasi kembali secara dua arah dengan IMAGE. Hasilnya pada awal tahun 2018 terdapat sinyal yang samar-samar dan tidak kontinu sehingga komunikasi dua arah belum terjadi hingga hari ini.