Media Arahbaru
Beranda Tokoh Mengenal Munir, Pejuang HAM yang Tewas Diracun di Pesawat

Mengenal Munir, Pejuang HAM yang Tewas Diracun di Pesawat

#image_title

Daftar isi:

[Sembunyikan] [Tampilkan]

    Arahbaru – Munir Said Thalib, begitu nama lengkapnya. Ia adalah seorang tokoh yang menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan dan kejahatan yang terjadi di Indonesia.

    Lahir di Malang pada tanggal 8 Agustus 1965, Munir merupakan seorang aktivis hak asasi manusia yang sangat dikenal di Indonesia.

    Munir mulai menjadi aktivis hak asasi manusia sejak ia masih berusia muda. Ia terlibat dalam berbagai aksi demonstrasi dan gerakan perlawanan terhadap kekerasan yang terjadi di Indonesia.

    Selain itu, ia juga terlibat dalam berbagai organisasi yang bergerak di bidang hak asasi manusia, seperti Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) dan Imparsial. Di dua organisasi itu, ia adalah salah satu pendiri.

    Aktivis HAM

    Munir telah menjadi aktivis sejak mahasiswa. Di Universitas Brawijaya, tempat ia kuliah, ia tergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

    Seusai kuliah, ia menjadi relawan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Cabang Surabaya. Dua tahun di LBH Surabaya, ia kemudian kembali ke Malang menjadi Kepala Pos LBH Surabaya di Malang.

    Selain itu, Munir juga menjadi Wakil Ketua bidang Operasional YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia).

    Munir terlibat dalam menangani dan mengadvokasi beberapa kasus pelanggaran HAM di Indonesia pada masa Orde Baru.

    Mengutip Wikipedia, Munir tercatat pernah menjadi penasihat hukum keluarga tiga orang petani yang dibunuh oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di proyek Waduk Nipah di Banyuates, Sampang dan keluarga korban penembakan di Lantek Barat, Galis, Bangkalan.

    Munir mempunyai peran penting dalam membongkar keterlibatan aparat keamanan dalam pelanggaran HAM di Aceh, Papua, dan Timor Timur.

    Ia juga merumuskan rekomendasi kepada pemerintah untuk membawa para pejabat tinggi yang terlibat ke pengadilan. Pada September 1999, ia ditunjuk sebagai anggota Komisi Penyelidik Pelanggaran HAM (KPP-HAM) Timor Timur.

    Dibunuh di Pesawat

    Sebagai aktivis HAM terkemuka, Munir menerima banyak ancaman sebagai akibat dari kerja-kerja HAM yang dilakukannya. Pada Agustus 2003, sebuah bom meledak di pekarangan rumahnya di Jakarta.

    Pada 2002 dan 2003, kantor KontraS tempat Munir bekerja, diserang oleh segerombolan orang tak dikenal, yang menghancurkan perlengkapan kantor dan secara paksa merampas dokumen yang terkait dengan penyelidikan pelanggaran HAM yang tengah dilakukan oleh KontraS.

    Puncak teror terhadap Munir terjadi saat ia tengah melakukan penerbangan dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda.

    Ia meninggal di penerbangan Garuda Indonesia pada 7 September 2004. Otopsi yang dilakukan oleh otoritas Belanda menunjukkan bahwa ia meninggal karena diracun arsenik.

    Hingga kini, dalang dari pembunuhan Munir masih misterius. Pengadilan memutus bersalah Pollycarpus Priyanto bersama dua rekannya dari maskapai Garuda Indonesia, namun orang-orang yang diduga bertanggung jawab atas kasus ini belum diproses hukum

    Munir meninggalkan sebuah warisan yang sangat berharga bagi Indonesia. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan dan kejahatan, serta telah memberikan sumbangsih yang besar dalam memperjuangkan hak asasi manusia di Indonesia.

    Komentar
    Bagikan:

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Iklan

    error: Content Dilindungi Undang Undang Dilarang Untuk Copy!!