Mengulas Eko-Teologi Dari Pemikiran Seyyed Hossein Nasr
Oleh : Nurul Khorina Seci Vella (Alumni Studi Agama-Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Arah Baru – Menelusuri jejak para tokoh Islami yang memberikan sumbangsih pemikiran tidaklah ada habisnya. Dalam keilmuan filsafat, para tokoh Islam atau wilayah Timur mendapatkan porsi yang tidak begitu banyak. Banyak sekali tokoh Islami yang memberikan kontribusi dalam keilmuan, seperti Ibnu Arabi, Ibnu Sina, Said Nursi, Muhammad Iqbal, hingga tokoh modern ialah Hossein Nasr, dan masih banyak lagi.
Pemikiran setiap tokoh sudah barang pasti memiliki perbedaan dan khas tersendiri, namun tidak lepas dari nilai-nilai keagamaan. Sepertihalnya Hossein Nasr, yang memberikan pengetahuan mengenai kepedulian manusia terhadap alam. Secara garis besar pemahaman alam dalam agama yakni perwujudan Tuhan, ketika merusak alam sama halnya merusak hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Nasr, yang memiliki nama lengkap Seyyed Hossein Nasr kelahiran Iran 7 April 1933 seorang guru besar di berbagai Universitas wilayah Barat. Beliau mengulas kembali konsep dari khalifah, berangkat dari perspektif mengenai tasawuf atau sufisme. Perilaku Islam yang mengajarkan ilmu cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlak, membangun lahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi menjadi ciri khas dari tasawuf.
Adapun karya popular dari Seyyed Hossein Nasr yang khas dengan ilmu tasawuf ialah Knowledge and The Sacred, Living Sufism, The Trancendent Theosophy of Sadr ad-Din Shirazi, Islamic Life and Thought, Science and Civilization in Islam, dan Sufi Essay in World Spirituality, serta Theology, Philosophy and Spirituality, dan Three Muslim Sages.
Eko-Teologi dalam konsep pemikiran Seyyed Hossein Nasr
Teologi, disebut sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan agama; seperti spiritualitas serta yang berkaitan dengan Tuhan. Sedangkan eko kepanjangan dari ekologi, yang membahas mengenai alam dan seluruh isinya. Ekologi sendiri sebuah cabang keilmuan dari biologi, secara skala kecil mengenai interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain dan juga dengan lingkungan sekitarnya.
Ekoteologi, intergrasi keilmuan yang menggabungkan antara ilmu alam dan ilmu keagamaan atau keTuhanan, sebagai dasarnya yakni nilai-nilai keagamaan yang tertulis dalam kitab dan pendukung lainnya. Seyyed Hossein Nasr menghubungkan aspek-aspek ekologi dan lingkungan dengan pandangan dan nilai-nilai agama, terutama dalam konteks Islam. Ekoteologi yang diulas oleh Nasr, ini bertonggak pada khalifah atau secara defines sebagaii pengganti atau wakil, dalam hal ini pengganti atau wakil Tuhan di muka bumi dan dapat diartikan juga sebagai pemimpin.
Dalam penguat mengenai khalifah dijelaskan dalam Al-Quran Al-Baqarah :30, yang artinya
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Ayat tersebut dengan jelas, bahwa Allah SWT telah menggariskan dari awal akan mengutus seorang perwakilan yang akan memimpin bumi. Dalam memimpin tersebut harapan besar yakni menjaga dan tidak berlaku merusak bumi.
Krisis Lingkungan
Dalam beberapa bulan terakhir Indonesia, secara khusus di pulau Jawa mengalami krisis lingkungan, dimulai dari penumpukan sampah yang berlebihan, polusi udara hingga iklim yang ekstrem yakni suhu panas yang meningkat. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan total produksi sampah nasional tersebut, 65.71% (13.9 juta ton) dapat terkelola, sedangkan sisanya 34,29% (7,2 juta ton) belum terkelola dengan baik Semestinya dengan perubahan yang terjadi di bumi, menjadi refleksi bersama dalam menjaga dan lebih peduli terhadap lingkungan.
Isu krisis lingkungan perlu menjadi perhatian setiap agama sekalipun modernitas memudarkan kepercayaan kita terhadap penanganan krisis lingkungan pada taraf membahagiakan manusia. Akan tetapi dalam banyak kasus, agama memotivasi individu dan kelompok dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek lingkungan serta mendukung upaya-upaya yang berkelanjutan.
Krisis lingkungan yang terjadi, berkaitan dengan pemikiran dari Seyyed Hossein Nasr, menjadikan refleksi kembali bagi masyarakat secara meluas. Hakikatnya sebagai manusia yang telah digariskan dalam Al-Quran, memiliki tugas dalam menjaga kestabilan alam. Sisi lainnya memperhatikan dampak secara panjang, sehingga tindak memanfaatkan alam sekitar tidak secara berlebihan.
Menumbuhkan kembali kepedulian terhadap alam, ini menjadi hal yang semestinya dilakukan oleh setiap manusia. Sikap sebagai khalifah, yang dengan disampaikan oleh Seyyed Hossein Nasr ini dengan tegas mestinya kembali ditanamkan. Maksud dengan khalifah ini ialah sebagai pemimpin yang bijak, tidak melakukan hal yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah. Semoga kita menjadi manusia yang lebih memperhatikan dan peduli pada lingkungan sekitar. Amin