Media Arahbaru
Beranda Opini Rekam Jejak, Hadirnya Keadilan, Kesetaraan dan Kepedulian Ibukota

Rekam Jejak, Hadirnya Keadilan, Kesetaraan dan Kepedulian Ibukota

#image_title

Arahbaru.com | Ingin tahu seberapa baik kerja seorang pejabat publik? Tanyakan pendapatnya kepada rakyat, termasuk kepada mereka yang dianggap minoritas. Di Jakarta, Anies Baswedan mendapat tempat khusus di hati warganya. Termasuk dari mereka yang selama ini masuk sebagai golongan yang kurang diperhatikan.

“Kami menyadari, semenjak kami ke Jakarta, sepuluh gubernur yang kami lalui, baru kali inilah gubernur peduli dengan Umat Hindu di Jakarta. Saya tidak menyanjung Pak Gubernur Anies, tapi ini fakta. Nyata di batin kami,” Kata I Made Sudarta, Ketua Suke Duka Hindu Dharma. Ucapan tersebut disampaikan saat Anies Baswedan menyerahkan bantuan mesin kremasi di Pura Segara, Graha Yadnya, Cilincing Jakarta Utara pada 11 Desember 2019.

“Empat puluh tahun lamanya Gereja Damai Kristus berusaha. Tetapi pada hari ini Tuhan mengutus Bapak Gubernur untuk menyerahkan atau memberikan izin Mendirikan Bangunan, bahkan langsung meletakkan batu pertama. Luar biasa Bapak Gubernur. Ini membuat kami terharu Bapak Gubernur. Apalagi menjelang persiapan Natal. Peristiwa ini akan dicatat di hati Umat Katolik Kampung Duri,” pernyataan ini disampaikan Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo pada 20 Desember 2021.

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum DPP Gema Sadhana AS Kobalen pada peresmian tempat ibadah untuk Masyarakat Hindu Tamil pada 14 Februari 2020 di Kalideres, Jakarta.

“Kami speechless Pak Gubernur, tidak punya kata-kata hari ini. Di tempat ini, bisa terjadi satu peletakan batu pertama pembangunan tempat ibadah untuk Masyarakat Tamil, yang sudah ratusan tahun di Nusantara ini. Hampir 60 tahun kami menunggu, di era Pak Anies baru terwujud. Hari ini kami yakin dan meresapi bahwa Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila itu masih ada,” kata AS Kobalen.

“Lebih dari 30 tahun saya menjadi pandita agama Buddha. Sebelumnya tidak tidak ada (bantuan operasional). Jadi begitu dapat ini (bantuan operasional) rasanya ada perhatian dari pemerintah. Itu rasanya bangga sekali. Bukan nilainya, tapi rasa kebanggaan karena ada perhatian dari pemerintah,” kata Pandita Majelis Buddhayana Indonesia, Hendri Nuraida saat penyerahan Bantuan Operasional Tempat Ibadah.

“Setelah 40 tahun menunggu, sejak Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Jemaat Pelita dilembagakan pada 24 Oktober 1981, barulah di bawah kepemimpinan Bapak Anies Baswedan, GPIB Jemaat Pelita Jakarta mendapatkan BOTI, Ijin Prinsip dan IMB. Terimakasih Pak Anies,” kata Pelaksana Harian Majelis Jemaat (PHMJ) GPIB Jemaat Pelita Jakarta, Sarah Tahitu Hengkesa, pada 16 Oktober 2022.

“Setelah berikhtiar sejak 2018 dan menunggu sekitar 30 tahun, alhamdulillah, hari ini kami sudah memiliki masjid sendiri,” ujar Ketua Panitia Pembangunan Masjid At-Tabayyun di Jakarta Barat, Marah Sakti Siregar.

Deretan testimoni dan pernyataan di atas menunjukkan fakta, sejak dilantik sebagai gubernur, Anies Rasyid Baswedan harus mewarisi sejumlah masalah terkait keberagamaan dan berkeyakinan yang diabaikan dan terbekukan puluhan tahun.

“Pemerintah bekerja sesuai dengan ketentuan perundangan. Begitu juga dengan saya. Kami dan seluruh jajaran melihat semua aspirasi lalu disandingkan dengan ketentuan. Bila sesuai ketentuan maka diizinkan. Bila tidak sesuai ketentuan maka tidak diizinkan. Jadi ini bukan selera, ini bukan subyektif, tapi ini obyektif berdasarkan pada ketentuan. Apabila keputusan yang dibuat oleh Pemerintah tidak disetujui, maka warga memiliki hak untuk menyampaikan gugatannya melalui PTUN. Ini adalah proses bernegara,” kata Anies Baswedan pada 27 Agustus 2021 saat peletakan batu pertama pembangunan Masjid At-Tabayyun yang sudah 30 tahun lebih didambakan warga muslim di Taman Villa Meruya Jakarta Barat.

Anies juga harus menuntaskan berbagai janji yang tidak tertunaikan dari penjabat sebelumnya, antara lain soal Masjid Amir Hamzah. Masjid di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) yang diresmikan Gubernur Ali Sadikin Januari 1977, di era Jokowi Ahok dibongkar Agustus 2013 dengan alasan untuk pembangunan Gedung Fakultas Film IKJ.

Dijanjikan akan dibangun awal Maret 2017, tetap di kawasan TIM, dipercantik, lebih modern dan diperbesar untuk menampung lebih banyak jamaah. Hingga Jokowi menjadi presiden dan Ahok lengser sebagai gubernur, pembangunan tidak terealisasi.

Saat Jakarta dipimpin Djarot Syaiful Hidayat dan tinggal menunggu hari untuk lengser, Djarot memaksakan diri membangun masjid pengganti yang hanya berukuran 8m x 8m. Proses pembangunan dikebut kurang dari dua bulan dengan target awal selesai 15 Oktober 2017, sehari sebelum pelantikan gubernur dan wakil gubernur baru.

Target kemudian dimajukan, 11 Oktober harus jadi. Padahal di awal Oktober 2017, proses pembangunan masih berjalan sekitar 60% hingga mengundang berbagai komentar. Penyair dan dramawan kondang Jose Rizal Manua menyatakan, bangunan itu lebih tepat disebut pendopo karena sama sekali tidak memperlihatkan sebuah masjid.

Tri Aru Wiratno, dosen tetap IKJ mengatakan, “Ini dibangun hanya untuk memenuhi target”.

Di era Gubernur Anies Baswedan, pembangunan Masjid Amir Hamzah dimasukkan menjadi bagian dari Revitalisasi TIM tahap pertama, dimulai 3 Juli 2019. Dirancang dengan konsep futuristik. Luas masjid beserta plasa salat mencapai 800m persegi, berkapasitas 300 jemaah, dilengkapi taman seluas 470m persegi. Pada 3 Juli 2020, Masjid Amir Hamzah diresmikan penggunaannya.

Di bawah kendali Gubernur Anies Baswedan, Jajaran Pemprov DKI juga memulihkan dan membuka ruang ekspresi untuk hari besar keagamaan. Takbir keliling yang di era sebelumnya dilarang, diijinkan kembali.

Christmas Carol untuk menyemarakkan suasana menjelang Natal, digelar untuk pertama kalinya di sejumlah ruang publik ibukota, 18-20 Desember 2019. Demikian pula untuk agama yang lain, semuanya mendapatkan ruang yang setara untuk peringatan hari besar keagamaannya.

Program BOTI yang sudah dimulai pada 2019, pada tahun 2020 sudah menjangkau tempat ibadah dari semua agama. BOTI diberikan untuk operasional tempat ibadah besar, tempat ibadah sedang, dan dana insentif bagi pengurus tempat ibadah.

Tempat ibadah yang menerima bantuan ini ditentukan oleh lembaga keagamaan/koordinator, dan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan sebagai penerima hibah. Sampai dengan 2021, tempat ibadah yang telah menerima dana BOTI sebanyak 3.200 masjid, 2.000 musala, 1.379 gereja, 263 vihara, 29 pura, kuil dan mandil. Puluhan tempat ibadah berbagai agama dan keyakinan, yang sebelumnya terganjal pendiriannya, terwujud pembangunannya di era Gubernur Anies Baswedan.

Berdasar laporan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) yang dirilis Badan Pusat Statistik pada 2021, DKI Jakarta menduduki peringkat satu nasional dengan nilai indeks 82,08. Di bawah kendali Gubernur Anies Baswedan, setiap tahun DKI selalu menduduki peringkat tertinggi.

Mayoritas warga Jakarta sudah merasakan, “JAKARTA ADALAH RUMAH UNTUK SEMUA.”

Oleh: Sulistyanto Soejoso

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

error: Content Dilindungi Undang Undang Dilarang Untuk Copy!!